Beberapa tahun terakhir, Indonesia termasuk dalam urutan ke- 22 jumlah mahasiswa terbesar yang melanjutkan kuliah di luar negeri. Dikutip dari berbagai sumber, peningkatan jumlah tersebut salah satunya dikarenakan semakin terbukanya informasi untuk dapat melanjutkan studi di perguruan tinggi Impian di luar negeri. Bukan sekedar ‘Fear of missing out’ atau FOMO, tetapi melanjutkan studi di luar negeri diharapkan memiliki peluang besar bagi masa depan anak muda di masa mendatang dalam membangun dan memajukan negara ini, baik di sektor Pendidikan, teknologi, industry, seni, ataupun lainnya. Studi di luar negeri bukan dalam rangka meragukan kualitas Pendidikan dalam negeri, sebaliknya dengan studi di luar negeri Ketika Kembali ke dalam negeri, penemuan dan inovasi yang ada di luar negeri dapat diterapkan di Indonesia. Beberapa rujukan tersebut menjadi semangat tersendiri bagi SMA Batik 1 Surakarta untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa belajar di luar negeri bukan sekedar ‘gaya – gayaan’ atau sarana mengikuti ‘trend’.
Setelah kurang lebih dua tahun membuka program kelas internasional, SMA Batik 1 Surakarta berkomitmen untuk terus memotivasi siswa agar bisa memiliki wawasan yang luas terkait urgensi melanjutkan studi di luar negeri. Dalam kesempatan ini, pada Jum’at, 10 November 2023 Prof. Dr. Ahmad Zaki bin Abu Bakar dari Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTEM) berbagi ilmu mengenai berbagai tantangan dalam mempersiapkan studi ke luar negeri, juga saat masa studi hingga meraih gelar sarjana, magister, doctoral, dan professor. Semua itu dicapai dengan banyak perjuangan dan kesiapan. Hal tersebut dipaparkan dalam acara yang bertajuk ‘Insight of Studying Abroad’; seminar interaktif yang dilaksanakan sebagai salah satu program dari kelas internasional ini dihadiri juga oleh beberapa dosen dari Universitas Islam Batik Surakarta yang juga memberikan dukungannya kepada sekolah untuk terus memanfaatkan peluang baik itu pertukaran pelajar, studi mandiri, ataupun beasiswa. Peserta adalah dari kelas X program kelas Internasional, yang mana jangkauan untuk menuju ke perguruan tinggi masih cukup Panjang yaitu sekitar 2.5 tahun. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk bisa memiliki pemikiran yang cukup matang dalam menentukan kesungguhan untuk melanjutkan studi di luar negeri.
Selain siswa, acara tersebut juga diikuti guru pengajar kelas Internasional. Sebagaimana diketahui bahawa program kelas Internasional menggunakan Bahasa Inggris dalam pembelajaran khusussnya pada Pelajaran matematika, kimia, fisika, biologi, sosiologi, ekonomi, dan geografi. Untuk guru, acara ini membuka cakrawala baru tentang terbukanya kesempatan studi lanjut di luar negeri agar dapat mendorong siswa untuk memiliki semangat tinggi. Di akhir sesi, dilaksanakan sesi tanya jawab. Terdapat banyak pertanyaan yang diberikan siswa, hanya saja karena terbatasnya waktu, tiga siswa saja yang memiliki kesempatan bertanya. Salah satu pertanyaannya yaitu tentang perbedaan kuliah di dalam dan di luar negeri. Terkait hal ini, dengan bijak Professor Zaki, begitu sebutannya menyampaikan bahwa sebuah dilemma Ketika siswa belum membulatkan tekad untuk studi di luar negeri. Akan tetapi, bila sudah memiliki tekad kuat untuk melanjutkan studi di luar negeri maka semua kesulitan yang dihadapi bukanlah suatu masalah yang besar. Sehingga, tidak ada celah untuk memikirkan apakah pilihan studi di luar negeri itu lebih baik atau tidak, karena yang ada hanyalah keyakinan bahwa ilmu yang di dapatkan dari luar negeri dapat bermanfaat dalam membangun dan memajukan negeri tercinta.