Surakarta – Perundungan dan bullying masih menjadi permasalahan yang masih menjadi polemik di Indonesia. Berbagai upaya pencegahan terjadinya perundungan di dunia pendidikan masih diupayakan. Setelah diberikan materi dan sosialisasi 10 kali pertemuan sejak bulan Oktober, sebanyak 30 siswa agen perubahan anti perundungan SMA Batik 1 Surakarta melaksanakan unjuk karya pada Kamis (16/12/2021) di panggung aula tengah SMA Batik 1 Surakarta. Kegiatan ini dilakukan secara luring dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dan live streaming melalui channel YouTube SMA Batik 1 Surakarta.
Unjuk karya para agen perubahan ini merupakan bagian dari Roots Day yang bertujuan untuk menularkan perilaku positif kepada seluruh warga sekolah dengan mengampanyekan pesan anti perundungan melalui berbagai kreasi seni. Di sini para agen perubahan menampilkan berbagai kreativitas yang menarik, yaitu fasion show putra putri batik, pembacaan puisi, pertunjukan adu pantun, presentasi poster, persembahan tari kreasi gerak dan lagu, serta deklarasi program “Anti Perundungan” oleh agen perubahan SMA Batik 1 Surakarta. Kemudian agen perubahan menandatangani deklarasi pencegahan perundungan, sebagai bentuk kesepakatan bersama mencegah segala bentuk perundungan. Para undangan serta warga sekolah pun turut serta dalam penandatanganan deklarasi tersebut.
Program anti perundungan ini merupakan program dari Kementerian Pendidikan, yang bekerjasama dengan Puspeka dan UNICEF untuk mengingat masih banyaknya perundungan atau bullying dilingkungan tempat tinggal atau sekolah, sehingga menimbulkan pelaku maupun korban perundungan yang sangat berefek negatif bagi keduanya.
Harapannya, 30 siswa ini bisa menyebarkan virus kebaikan dan manfaat kepada teman lainnya. Sehingga, semua siswa SMA Batik 1 Surakarta dan anak-anak di kota Surakarta sadar dan tidak melakukan perundungan.