Seperti yang diketahui bahwa semakin hari semakin banyak terjadi kasus Perundungan pada anak-anak, hal ini tentu saja menjadi kecemasan tersendiri bagi orang tua dan juga guru. Kekerasan yang terjadi acap kali terjadi begitu saja tanpa disadari. Hal itu terjadi dikarenakan masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang dampak dari perundungan sangat berpengaruh terhadap psikis korban. Merujuk pada fenomena perundungan dan kekerasan di sekolah, pada Jumat (24/9) SMA Batik 1 Surakarta mengadakan sosialisasi pencegahan perundungan dan kekerasan berbasis sekolah.
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Vll, Bapak Suratno, S. Pd, M. Pd., Kepala Sekolah SMA Batik 1 Surakarta, Bapak Sutana, S. Pd., M. Pd., dengan narasumber Ibu Siti Dariyatini, S. Sos., M.M. (Kepala UPT. PTPAS Dinas PP PA dan PM Kota Surakarta), dan Ibu Nasri Ika Yuliati, M. Psi., Psikolog. (Psikolog Klinis Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta Founder dan Psikolog Klinis Beyond Self Empowerment Solution). Tak hanya itu, beberapa guru dan 30 siswa agen perubahan dihadirkan secara virtual melalui MS.Team SMA Batik 1 Surakarta.
Sosialisasi ini memberikan informasi kepada para peserta mengenai apa pengertian perundungan (bullying) serta penyebab dan dampaknya. Pada intinya, isi dari kegiatan ini adalah untuk menjelaskan kepada peserta tentang besarnya dampak perundungan di lingkungan sekolah. Perundungan biasanya bertahan dikarenakan pemakluman dari kelompok masyarakat terhadap suatu tindakan perundungan tanpa memikirkan dampak psikologis yang diterima oleh korban. Sekolah harus memberantas perundungan dan kekerasan baik yang dilakukan oleh kakak kelas, adik kelas, teman sebaya dan guru di kelas.
Program pencegahan perundungan dan kekerasan berbasis sekolah ini bertujuan untuk menerapkan disiplin positif sebagai cara yang dirancang untuk mengajarkan peserta didik agar bertanggungjawab atas tindakannya dengan tetap menghormati diri sendiri dan orang lain, pemberian hukuman secara disiplin positif, dan integrasi disiplin positif dalam proses belajar di kelas. Hal ini bermanfaat untuk menciptakan SMA Batik 1 Surakarta sebagai sekolah anti perundungan dan kekerasan.